Senin, 26 Maret 2018

"Ngaji, Ma!"

"Ma ... gendong!" ucap Ayik sambil mengangkat kedua tangannya.
Kalau ngantuk, biasa kumat manjanya.

"Sini!" Aku pun mengangkatnya. Lumayan berat.

Sejak isya' tadi dia terlihat tak begitu bersemangat. Kecapekan mungkin. Seharian ini bermain terus sama temannya. Pulang pas lapar saja dan jadwal mandi. Habis itu pergi lagi.

Sambil menunggu abinya beres-beres warung, aku menggendongnya jalan-jalan di depan cari angin. Benar, dia mulai mengantuk, matanya sudah mulai 'lier-lier'. Kunyanyikan lagu anak-anak bernada lembut. Berharap dia segera lelap.

Namun tidak sesuai harapan. Bukannya tidur, matanya malah kembali berbinar, menyala 100 watt.

"Ngaji, Ma ... jangan nyanyi!" ucapnya menegur.

Siingggg!

Emaknya langsung diam. Ditegur anak itu rasanya 'sesuatu'.

**
Aku memang jarang sekali menyengaja mendengar musik atau menyanyi. Sejak pertengahan kuliah barangkali. Karena pas SMA, seingatku masih sering menyanyi tak jelas dengan teman-teman di depan kelas.

Suatu ketika, saat ikut kajian, ada bahasan tentang musik. Sependengaranku, ada perbedaan pendapat ulama tentangnya. Ada pendapat yang mengharamkan, membolehkan dengan syarat dan memakruhkan. Karena ada yang mengharamkan aku memilih membatasi, karena untuk menghindari sama sekali aku belum sanggup.

Untuk Ayik pun demikian. Tak kubiasakan memperdengarkan lagu-lagu, apalagi lagu dewasa. Namun saat dia lihat youtube dan kebetulan menemukan lagu anak-anak dan suka, biasa kubiarkan.

Sebagai pengganti musik kuperdengarkan murotal. Kalau tidak, sebelum tidur aku atau abinya biasa membacakan cerita atau mengaji untuknya.

Jadi saat mendengar emaknya menyanyi, mungkin agak aneh terdengar di telinganya. Selain karena jarang-jarang, juga karena nadanya yang lari kemana-mana.

**

"Yuk ... pulang!" seru suamiku setelah mengunci pintu ruko.

Aku segera naik ke boncengan montor dengan tetap menggendong Ayik, yang meskipun tak jadi mengantuk, namun enggan turun dari gendongan.

Di tengah jalan, kebetulan kami melewati rumah tetangga yang sedang ada acara nikahan. Musik terdengar keras. Dan lagu yang sedang diputar lagu 'taktuntuang', lagu kesukaannya saat ini, yang biasa dia lihat di youtube versi Ipin Upin.

Reflek Ayik menirukan lagu tersebut sambil joget. Melihat tingkahnya, aku pun usil ingin mengganggu.

"Ngaji, Yik ... jangan nyanyi!" ucapku menirukan gayanya menegur.

"Ayik, kan menyanyi lagu anak-anak, Ma," kilahnya sambil terus menggerak-gerakkan tangannya.

"Coba dengerin, itu yang menyanyi anak-anak atau orang dewasa?"
Aku tak mau kalah.

Dia diam sejenak.

"Orang dewasa, Ma," jawabnya dan kembali terdiam. Tampak sedang berpikir.

"Ayik nggak niruin itu kok, Ma ... Ayik niruin yang di Ipin-Upin!"
ucapnya sambil tetap bernyanyi.

Abinya terbahak. Emaknya cuma bengong. Merasa kalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar