Kamis, 01 Februari 2018

Istri Kedua #fiksi_4

"Kamu sudah benar-benar siap, Ra jadi istri kedua?," tanyaku menyelidik.

"Insyaallah siap, Mbak," jawabnya mantap.

"Dengan segala resikonya? Dengan segala stigma yang akan kau terima dari masyarakat?"

Dia menghela napas.

"Bukannya sekarang pun anggapan masyarakat padaku sudah jelek Mbak?," dia balas bertanya.

Aku tertegun. Rani, sahabatku adalah janda tanpa anak. Suaminya meninggal karena kecelakaan lalu lintas 3 tahun yang lalu. Janda dengan usia yang masih tergolong cukup muda menjadikan bisik-bisik masyarakat sering mengarah padanya. Apalagi pekerjaan Rani sebagai pelayan restoran yang tiap hari mengharuskanya pulang malam semakin membuatnya jadi bahan gunjingan.

"Dan menikah dengan Pak Gun yang sudah beristri hanya akan semakin membenarkan anggapan mereka Ra," lanjutku.

Rani terdiam. Pak Gun adalah pemilik restoran tempat Rani bekerja. Orangnya baik dan sangat perhatian. Beliau sangat ringan tangan membantu kesulitan karyawanya. Tidak, tidak ada perasaan atau perhatian khusus terhadap Rani. Semuanya sama.

Sampai suatu ketika karena suatu hal Rani harus ke rumah Pak Gun.  Dari situ dia berkenalan dengan istrinya. Bu Leni, istri Pak Gun, sama baiknya dengan suaminya. Cantik dan ramah. Rani menjadi cepat akrab dengan beliau. Atas permintaan Bu Leni pula, Rani sering mampir ke rumah Pak Gun.

Persahabatan Rani dan Bu Leni  semakin erat. Hingga suatu ketika tanpa diduga Bu Leni dengan setengah memohon meminta Rani untuk menikahi suaminya. Rani sangat terkejut. Tentu saja Rani menolak. Tidak mungkin Rani menyakiti perempuan yang sudah sangat baik padanya, menyakiti sahabatnya.  Tapi Bu Leni terus memohon. Pernikahanya dengan Pak Gun yang sudah 10 tahun belum dikaruniai anak. Seorang anak yang  sebenarnya sangat dirindukan suaminya meskipun tak pernah terucap. Lambat laun hati Rani luluh juga. Yah, dia bersedia menikah dengan bosnya. Meski belum ada cinta di sana. Meski akan jadi cibiran masyarakat nantinya.  Rani bersedia demi sahabatnya.

Dan hari ini adalah hari pernikahan Rani dengan Pak Gun.

Terdengar suara mobil dari depan. Sepertinya itu mobil yang akan menjemput Rani ke tempat akad nikah. Aku dan Rani keluar untuk menyambut mereka.  Tampak seorang wanita cantik berkebaya putih turun dari mobil dengan dibantu sopirnya. Dia menuju ke arah kami dengan kursi rodanya. Iya, dia adalah Bu Leni. Bu Leni mengalami stroke 4 tahun yang lalu. Sebagian tubuhnya mati rasa. Itu yang menyebabkan dia tidak bisa melayani suaminya dengan sempurna. Dan itu pula yang menyebabkan Rani meski dengan berat hati menerima menjadi madunya, agar bisa sekaligus merawat Bu Leni sahabatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar