Selasa, 06 Februari 2018

Teriakan Emak

"Riiiinnn ... itu anakmu didiemin ... !"

"Iya, Mak"

Untuk kondisi biasa, sebal sekali diteriaki seperti itu. Menangis meraung-raung adalah senjata andalan anakku kalau permintaannya tidak dipenuhi. Seperti hari ini, dia heboh minta boneka baru, padahal seminggu yang lalu dia baru beli. Ya, tidak kukasih. Nangis nangislah. Takutnya kalau diikuti terus apa maunya, akan jadi kebiasaan saat dewasa kelak. Tapi Neneknya berpendapat lain.

"Diturutin aja to Rin, kasian. Lagian tidak enak sama tetangga."

Biasanya aku akan membantah perkataan emak, tapi tidak kali ini.

Sudah sebulan ini emak terbaring sakit. Tiap berjalan dia ngos-ngosan dan berkeringat banyak, kemudian lemas. Selain itu, emak juga terjaga terus, tidak merasa ngantuk sama sekali. Kalau sehari dua hari mungkin masih wajar. Lha ini sampai berhari-hari.

Sudah kuperiksakan ke dokter spesialis penyakit dalam katanya normal semua. Ke spesialis jantung juga demikian, katanya jantungnya juga sehat. Yang belum ke dokter jiwa, tapi emak menolak. Takut di cap gila katanya. Padahal sudah berbusa-busa dijelaskan, bahwa yang ke dokter jiwa itu bukan yang gila saja. Gangguan tidur seperti yang dialami emak juga termasuk gangguan kejiwaan. Ah ... tapi apa daya diri ini kalau emak sudah memberi ultimatum. Sekali tidak tetap tidak.

Dokter menyarankan untuk dirawat inap. Tapi lagi-lagi emak menolak. Mau rawat jalan saja. Masih kuat. Toh lemesnya cuma kalau jalan , kalau duduk atau berbaring tidak merasakan apa-apa, alasannya. Sebenarnya kali ini aku mau membantah. Menurutku lebih aman kalau di RS, banyak tenaga kesehatan yang akan mengontrol. Kalau di rumah, misal ada apa-apa aku bisa apa. Emak bersikeras. Ya sudahlah rawat jalan, daripada emak tambah stres nanti gara-gara tak betah di RS.

Masalah timbul lagi. Setiap minum obat dari dokter emak 'dredeg'. Keringat semakin banyak yang keluar dan mata semakin tidak bisa terpejam. Padahal obat dari dokter cuma 2 macam, vitamin sama obat tidur. Sudah dicoba minum setengah-setengah tapi tetep saja. Emak mutung, tidak mau meminumnya lagi. Aku coba belikan obat herbal, efeknya tetap sama. Akhirnya pengobatan dihentikan.

Alhamdulillahnya emak masih mau makan. Minum juga biasa. Jadi tubuhnya tidak terlalu lemas.

Usaha terakhir tinggal do'a. Tiap makan dan minum aku minta emak untuk membaca alfatihah dan meniatkanya agar menjadi obat. Sambil tak lupa setiap sholat kami berdoa untuk kesembuhan emak. Kami pasrahkan semua kepada Yang Maha Penyembuh.

Nah, ceritanya dua hari yang lalu tiba-tiba saja sakitnya emak sembuh. Kami kaget sekaligus bersyukur sekali. Emak bercerita, malem sebelumnya, setelah berhari-hari tidak tidur, tiba-tiba dia mengantuk berat. Dalam tidurnya beliau bermimpi, melihatku sedang memarahi dan mengusir dua bayangan yang tidak jelas siapa.

"Siapa itu, Nduk?"

"Biar Emak, biar mereka pergi jauh, tidak mengganggu Emak lagi," 

Emak terbangun ketakutan. Tapi sejenak kemudian badannya terasa segar.  Emak coba berjalan keluar kamar. Bisa. Tidak merasa sesak dan lemas lagi. Dia coba berjalan lebih jauh lagi, masih kuat. Dengan penuh kegembiraan dan rasa syukur dia menuju kamarku.

"Nduk ... bangun, Nduk ... Alhamdulillah Emak  sembuh."

Dan hari ini Emak bisa meneriaki aku. Itu tandanya emak sudah benar-benar pulih. Aku tak tahu ada tidaknya hubungan antara mimpinya emak dan kesembuhannya. Yang jelas, bisa melihat surgaku di dunia kembali sehat, merupakan anugerah yang tak terkira. Berarti masih ada kesempatan untuk berbakti padanya. Diomeli sedikit tak apa-apalah. ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar