Masih terngiang-ngiang di telinga, apa yang dikatakan istri saat aku bertanya bolehkah menikah lagi.
"Kamu boleh nikah lagi. Tapi sebelum itu, coba bayangkan dulu seandainya yang menikah lagi itu aku, bagaimana perasaanmu?"
Membayangkan dia dengan lelaki lain? Jujur, aku tidak sanggup. Sepuluh tahun menikah, memang tidak selamanya penuh tawa, tapi kami bahagia. Istriku, memang bukan wanita yang sempurna, tapi dia istri yang baik.
Kesibukan mengurus rumah-tangga menguras hampir seluruh waktunya, membuatnya kadang tidak sempat mengurus dirinya sendiri. Memasak, mencuci , bersih-bersih dan pekerjaan rumah lainnya seakan-akan tidak ada habisnya. Belum lagi 2 balita kami yang membutuhkan perhatian ekstra. Dia melakukan itu tanpa sedikit pun mengeluh.
Aku ingat lagi, saat awal-awal pernikahan, saat gajiku di kantor masih kecil. Dia begitu jeli mengatur keuangan. Gaji yang tak seberapa tersebut diaturnya sehingga cukup untuk sebulan. Dengan kepandaian mengatur keuangan itu pula, dengan posisiku yang sekarang, kami bisa membangun rumah dan mengangsur mobil. Teman-temanku seleting masih banyak yang mengontrak. Boleh dibilang pencapaianku saat ini adalah berkat dorongan dan doa darinya.
Sekarang dia memang tidak selangsing waktu pertama menikah. Tidak semodis waktu pertama bertemu. Tapi aku masih sangat mencintainya.
Dan membiarkan lelaki lain bersamanya? Membayangkannya saja sakit. Jantungku seperti terenggut dari tempatnya.
Ah ... Itu juga mungkin yang dia rasa, seandainya pernikahan ini benar terjadi.
"Kalau menurutmu tidak sakit, biasa saja, kamu boleh poligami. Aku akan berusaha ikhlas." Lanjutnya dengan mata berkaca-kaca.
Kupeluk erat istriku. Meski cuma pertanyaan bercanda, ternyata begitu melukainya. Tidak sayang, jangan bersedih. Poligami memang dibolehkan. Tapi kalau istri satu saja, aku belum sepenuhnya bisa membahagiakannya, bagaiamana mungkin aku menambah beban lagi.
Poligami itu bukan hanya tentang menambah koleksi istri, tapi ada tanggung jawab besar di sana. Tanggungjawab yang bukan saja di dunia, tapi juga di akhirat. Dan aku belum sanggup memikulnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar